Alya's VIP Lounge

Selamat datang... Silahkan bersantai di sini sambil menunggu pesawat anda boarding...

Asiyah binti Muzzahim... part of The True Princess

Kenapa aq angkat cerita ini lagi yah?
tidak lain karena.... Aq nge fans ma Asiyah!!!

sampe membuka puluhan web hanya untuk mencari biografi beliau...

Memang, beliau ini gak se famous Khadijah binti Khiwalid ataupun Aisyah binti Abu Bakar Ash-Sidiq ataupun Fatimah Az Zahra binti Rasulullah SAW yang mana buku2nya bisa dengan mudah di dapatkan di toko buku. Bahkan, ada nama Sofia, salah satu istri Rasul dari bangsa Yahudi yang sudah ada buku biografi-nya serta Aminah, ibunda Rasul. Akan tetapi, aq meragukan buku mengenai Umi Aminah ini....

Catatan ini sengaja aq buat untuk temen2 yang penasaran dan ingin mengenal lebih jauh mengenai sosok Asiyah binti Muzzahim ini. Ini adalah versi yang lumayan lengkap dari semua versi yang aq dapat. Inti ceritanya, mungkin pernah teman2 baca di tulisan blog saya, The True Princess (belum baca?!? iiihh.... gak gaul degh loe...!!!)

Singkat cerita....
ehm... ehm...

(seperti cerita fairytale)
Once Upon A Time,,


Fir'aun didatangi oleh seorang peramal. Peramal itu mengatakan bahwa kelak dia akan

dibunuh oleh seorang lelaki dari Bani Israel. Menurut sang peramal, pembunuh itu kini usianya masih
bayi. Mendengar hal itu Fir'aun langsung memerintahkan bala tentaranya untuk membunuh seluruh
bayi lelaki Bani Israel. Sebelum bayi itu tumbuh menjadi besar lalu membunuh dirinya, lebih baik bayi
itu dibunuh dulu. Dengan begitu selamatlah dirinya dari pembunuhan itu. Begitulah jalan pikiran
Fir'aun. Maka tak pelak lagi, semua bayi lelaki Bani Israel terbunuh. Bahkan seorang ibu yang
sedang hamil pun ditunggui oleh tentara Fira'un. Jika ia melahirkan seorang bayi lelaki, tentara itu
langsung membunuhnya.
Namun kehendak Allah berbeda dengan kemauan manusia. Dalam peristiwa ini ternyata Allah punya
skenario tersendiri. Allah menyelamatkan salah satu bayi dari keturunan Bani Israel lewat istri Fira'un
sendiri, Asiyah.
Sewaktu sedang mandi di pemandian, Asiyah tiba-tiba melihat peti berisi bayi lelaki. Bayi itu diambil
dan dibawa pulang ke istana. Tentu saja orang-orang di istana tidak senang dengan kehadiran bayi
itu. Jangan-jangan bayi itulah yang kelak membunuh majikannya. Mereka kemudian menghasut
Fir'aun agar membunuhnya. Untungnya Asiyah cepat bertindak. Ia minta kepada Fir'aun agar tidak
menuruti nasehat mereka. "(Ia) biji mata bagiku dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya,
mudah-mudahan dia bermanfaat bagi kita atau kita pungut menjadi anak, sedangkan mereka tidak
menyadari," kata Asiyah kepada Fir'aun dalam surat Al-Qashash 9. Atas jasa Asiyah itu maka
selamatlah sang bayi. Bahkan akhirnya bayi mungil itu diangkat menjadi putra Fir'aun.
Bayi lelaki itu diasuh sendiri oleh Asiyah. Ia sangat menyayangi putra angkatnya itu. Bayi tersebut
diperlakukan seperti anaknya sendiri. Bayi yang tak lain adalah Nabi Musa itu mendapat didikan
langsung dari Asiyah. Pernah suatu hari bayi itu digendong Fir'aun. Tiba-tiba sang bayi mencabut
jenggotnya. Betapa marah Fir'aun ketika itu karena kesakitan. Ia memerintahkan pengawalnya untuk
membunuh sang bayi. Namun sebelum niat itu dilaksanakan, lagi-lagi Asiyah tampil membelanya. Ia
mengatakan kepada Fir'aun bahwa bayi itu tidak pantas dibunuh karena masih belum mengerti.
Sebagai bukti, Asiyah meminta kepada pengawal Fir'aun untuk menyediakan roti dan arang api.
Kemudian bayi itu disuruh memilih diantara keduanya. Ternyata bayi Musa memilih arang. Melihat
hal itu, Fir'aun akhirnya bisa menerima argumentasi istrinya.
Selama di bawah asuhan Asiyah, Musa mendapatkan kasih sayang sepenuhnya seperti ibunya
sendiri. Musa tumbuh menjadi seorang pemuda yang cerdas dan gagah. Kecintaan Asiyah kepada
Musa sungguh sangat besar. Ia tak rela orang lain menyakitinya. Pembelaannya kepada Musa tak
sebatas ketika masih kecil saja, tetapi ia lakukan sampai dirinya menemui ajal.
Suatu kali, betapa gelisah hatinya ketika mendengar Musa telah membunuh seorang lelaki pengikut
Fir'aun. Asiyah menyuruh Musa agar meninggalkan ibukota untuk menyelamatkan diri dari Fir'aun
dan orang-orangnya.
Seiring perjalanan waktu, Musa tumbuh kian dewasa dan pengikutnya juga makin banyak. Maka
Musa pun kian berani menentang Fir'aun. Suatu hari Musa kembali ke ibukota, bukan kembali pulang
ke pangkuan ayah tirinya yang kejam itu, melainkan ia datang untuk memberi peringatan kepada
Fir'aun dan pengikutnya. Mendengar keberanian Musa itu, Asiyah mengkhawatirkan keadaannya. Ia
tahu betul watak kejam suaminya. Siapapun berani menentangnya, akan ditumpas habis. Tidak ada
yang bisa mencegah tindakan kejam suaminya itu, termasuk Asiyah, istrinya sendiri. Tiada jalan lain,
wanita shalihah ini kemudian berdoa kepada Allah untuk kemenangan Musa. Begitulah jika Allah
berkehendak. Ternyata Fir'aun yang dholim itu mendapat pertentangan dari istrinya sendiri, karena
kedholimannya.
Pertentangan itu semakin keras tatkala Fir'aun mendakwakan dirinya sebagai Tuhan yang harus
disembah oleh seluruh rakyatnya. Asiyah sedikitpun tidak mengakui ketuhanan Fir'aun. Ia rela
menerima siksaan dan tekanan daripada mengakui suaminya sebagai tuhan. Asiyahlah satu-satunya
keluarga istana yang tak mau patuh dan tunduk dengan dakwaan Fir'aun itu. Padahal seluruh
keluarga istana menjadi pengikut Fir'aun karena takut dibunuh. Fir'aun adalah seorang raja yang
lalim dan kejam. Ia memiliki bala tentara yang besar dan kejam. Sehingga sewaktu dia
memerintahkan rakyatnya untuk menyembahnya hanya segelinir orang yang tak mau mengikuti
perintah itu. Diantaranya nabi Musa, Asiyah dan pelayan rumah tangga kerajaan bernama Masyitoh.


Ketauladanan Asiyah

Asiyah termasuk sedikit diantara manusia yang namanya terukir dalam Al Qur'an. Allah memberikan
penghormatan kepadanya karena ketakwaan dan keshalehannya. Allah menjadikannya sebagai
contoh bagi kaum hawa yang tetap tegak dalam keyakinan tauhid walaupun berada di tengah-tengah
lingkungan yang penuh dengan dosa dan kemusyrikan. Allah juga menjadikannya sebagai contoh
bagi istri yang sabar. Istri penyabar bisa memberikan jasa sangat besar dalam memelihara keutuhan
rumah tangga, kebahagiaan suami dan kegembiraan anak-anaknya. Istri seperti itu tidak akan mudah
menceritakan kesulitan dan berbagai permasalahan yang akan menyedihkan dan mencemaskan
suaminya. Walaupun sebenarnya ia menyimpan kepahitan dalam hatinya. Semua kesulitan akan
dihadapinya dengan penuh ketabahan dan sikap pasrah kepada Allah.
Asiyah termasuk orang yang tak silau dengan kehidupan duniawi. Meski ia hidup di lingkungan
Istana. Ia tidak tertarik dengan segala kemewahan yang ada di dalamnya. Ia tidak mau
memanfaatkan kesempatan sebagai seorang istri Raja untuk bersenang-senang dan berfoya-foya.
Malah ia mengangap rendah segala kemewahan dunia yang ada padanya dan meminta agar
diselamatkan dari Fir'aun berikut keburukannya demi untuk menggapai kehidupan akhirat.
Sikap yang meremehkan bentuk-bentuk penampilan duniawi itu sudah menjadi sikap hidupnya.
Padahal jika mau, ia tinggal berkata kepada para abdinya untuk mendapatkan apa yang diinginkan.
Tapi hal itu tidak ia lakukan. Ia menyadari bahwa apa yang ada di istananya itu hanya kepuasan
semu.
Baginya, kemuliaan yang hakiki dan kehormatan yang mutlak hanya ada pada Allah swt. Ia meyakini
bahwa dunia beserta kenikmatannya akan lenyap, sedangkan akhirat adalah kehidupan kekal, damai
abadi selamanya. Maka baginya lebih memilih hal yang kekal daripada yang fana.
Allah juga memberikan Asiyah hati yang lemah lembut. Hatinya yang lembut itu ia tunjukkan tatkala
Fir'aun menghukum keluarga Masyithoh yang tak mau mengakui ketuhanannya. Ia adalah satu-
satunya keluarga istana yang bercucuran air matanya ketika menyaksikan bagaimana keluarga
Masyithoh dilemparkan ke dalam api, karena keluarga itu beriman kepada apa yang dibawa oleh
Musa. Tanpa belas kasihan, pengawal Fir'aun melemparkan satu per satu anak Masyithoh ke dalam
api. Hati Asiyah semakin teriris tatkala giliran anak terkecil yang masih ada dalam pelukan pelayan
perempuan istana Fir'aun itu juga dilempar ke dalam api. Dan pada saat itulah ia juga melihat sebuah
kebenaran ketika tiba-tiba bayi yang masih dalam gendongan itu berkata, "Wahai ibuku, bersabarlah.
Sesungguhnya engkau berada di atas kebenaran". Bayi itu berkata kepada ibunya ketika perasaan
takut dan iba menguasai hati Masyithoh.
Sewaktu semua orang berbondong-bondong menyatakan pengakuan terhadap ketuhanan Fir'aun,
Asiyah malah sebaliknya. Ia terang-terangan menolak Fir'aun sebagai Tuhan. Betapapun besar
kecintaan dan kepatuhannya pada suami, ia tidak bisa menerima pengakuan itu. Ia tetap memegang
teguh keyakinannya bahwa Tuhan yang patut disembah adalah Allah Yang Esa.
Ia lebih memilih dihukum daripada harus mengakui ketuhanan suaminya yang berarti musyrik kepada
yang kekal yaitu Allah. Sikapnya itu membuat Fir'aun marah. Asiyah terus menerus mendapat
tekanan agar meninggalkan keyakinannya itu. Tetapi usaha itu sia-sia. Meski hidup di bawah tekanan
dan ancaman, ia tak takut sedikitpun mempertahankan keyakinannya. Ia tetap sabar menghadapi
perilaku buruk suaminya. Tabah menghadapi kekejaman suaminya dan hanya pasrah pada Allah.
Asiyah tetap teguh dalam mengikuti ajaran Musa as walau nyawa sebagai taruhannya. Ketika Fir'aun
masuk ke dalam kamarnya setelah membakar keluarga Masyithoh, Fir'aun berkata, "Kuharap kamu
telah menyaksikan bagaimana yang terjadi atas perempuan yang ingkar kepada tuhannya yang
agung, Fir'aun." Dengan cepat Asiyah menyela, "Celaka engkau hai Fir'aun dengan azab Allah!" Tak
ayal lagi, perkataannya itu telah membuat Fir'aun marah besar. Fir'aun segera memerintahkan para
pengawal untuk mengikatnya di empat tiang kebun istana, kemudian para pengawal mengambil
cemeti dan menderakan ke tubuh Asiyah. Sementara Fir'aun memerintahkan untuk memperkeras
siksaan itu. Tak sepatah katapun keluar dari mulut Asiyah selain munajat kepada Allah swt yang
diabadikan dalam al-Qur'an, "Ya Tuhanku, bangunlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga
dan selamatkanlah aku dari Fir'aun dan perbuatannya dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim".
(QS. 66:11). Setelah itu Asiyah pun pergi menuju Tuhannya sebagai wanita syahidah di empat tiang.·



kalo ada yang kurang, tolong tambahin-nya....


wasalaaamm,,


0 comments:

Post a Comment